Dear Anda,

Mungkin kini bukanlah hari-hari yang dijalani oleh Kita, bersama mimpi-mimpi yang sudah direncanakan di awal, lebih tepatnya direncanakan oleh Saya. Mengapa Saya? Karena Anda tak pernah mengucap secara langsung apa yang telah Anda rencanakan dari awal bersama Saya nanti (pada saat itu). Saya hanya mendengar beberapa rencana Anda dari seorang teman Anda, bagaimanapun apa yang Dia sampaikan begitu indah jika Saya bayangkan. Dan hingga akhirnya saya mulai berkhayal tentang Anda dan di masa depan, Saya bersama Anda kelak. Hingga suatu hari, saat seorang insan mengutarakan perasaannya kepada insan yang lain dan hal itu tak pernah dibayangkan ataupun dimimpikan sebelumnya oleh insan yang lain itu, ini menjadi hal yang seperti mimpi dalam kehidupan nyata, atau seperti mission impossible. Sesuatu yang rasanya tak mungkin terjadi nyatanya dapat terjadi. Malam itu bukanlah mimpi. Sebuah keajaiban bagi Saya di usia Anda yang ke-19 tahun (pada saat itu).

Mungkin kini bukanlah hari-hari yang dijalani oleh Kita, bersama mimpi-mimpi yang sudah direncanakan di awal, lebih tepatnya direncanakan oleh Saya. Apa yang Saya rencanakan? Banyak hal sudah direncanakan oleh Saya setelah tragedi di malam bertambahnya usia Anda itu. Saya berkonsultasi tentang tujuan hidup Saya setelah lulus sekolah, lalu Saya akan melanjutkan ke mana, dan semua itu membuat Saya bimbang sebelum semua Saya ceritakan kepada Anda. Setelah Anda hadir, semua terasa mudah. Saya mendapat solusi, bagaimana jika Saya menempuh pendidikan selanjutnya di sebuah perguruan tinggi yang sama dengan Anda. Mungkin tidak hanya Kita habiskan waktu bersama di kampus, di manapun kapanpun Kita akan pergi bersama, ya selagi masing-masing dari Kita tidak sibuk. Saya merencanakan, saya membayangkan, saya mendoakannya.

Mungkin kini bukanlah hari-hari yang dijalani oleh Kita, bersama mimpi-mimpi yang sudah direncanakan di awal, lebih tepatnya direncanakan oleh Saya. Mengapa bukan? Karena nyatanya kini Kita tidak satu perguruan tinggi, bahkan tidak ada lagi Kita. Hanya Saya dan Anda dengan tujuan hidup masing-masing. Mungkin Anda sudah bersenandung riang tentang sosok baru pujaan hati Anda saat ini. Mungkin Anda tak pernah sebentar saja ingat siapa Saya, bagaimana Saya, di mana Saya, bahkan membaca setiap tulisan yang ditujukan untuk Anda. Mungkin Anda pernah ingat (atau mungkin tidak) sebuah kalimat pada malam hari besar itu dan kalimat pada pembicaraan Kita dalam sebuah percakapan online, di mana malam itu terlihat sebuah ketulusan namun saat dalam percakapan yang lain terlihat sebuah ketegaan. Pengakuan yang kejam dan (mungkin) kejujuran yang pedih.
Mungkin kini bukanlah hari-hari yang dijalani oleh Kita, bersama mimpi-mimpi yang sudah direncanakan di awal, lebih tepatnya direncanakan oleh Saya. Kini ialah hari-hari yang dijalani oleh Saya, lebih tepatnya Saya sendiri bukan sendirian. Saya merencanakan mimpi baru yang tak ada Anda di setiap sudutnya. Mimpi baru itu Saya rancang untuk perjalanan sendiri, nanti jika ada yang berjalan berdampingan dengan Saya, akan direncanakan lagi mimpi-mimpi baru. Jika patah hati tak semudah jatuh cinta mungkin itu benar, namun

jika setelah patah dan jatuh tidak bangkit, Kamu akan terinjak.

Tak harus secepatnya jika tidak mampu, namun bangkit itu harus bisa dilakukan selama apapun dan dalam kondisi apapun saat Kamu terjatuh.

Mungkin kini bukanlah hari-hari yang dijalani oleh Kita, bersama mimpi-mimpi yang sudah direncanakan di awal, lebih tepatnya direncanakan oleh Saya. Tapi, terimakasih Anda sudah mau menghargai perasaan Saya selama itu, bahkan Saya tidak tau tentang yang sebenarnya maksud tujuan Anda saat itu. Saya begitu terkesan setelah tau apa yang terjadi pada pikiran Anda. Anda sosok yang luar biasa. Semoga di semester puncak kuliah Anda diberikan kemudahan menuju kelulusan yang berkah dan kesuksesan akan menjemput Anda secepatnya. Satu mimpi Saya dalam bagian ini sudah Saya hapuskan, karena rasanya tidak pas jika Saya berada di sana pada saat waktunya tiba. Sekali lagi, terimakasih untuk Anda Saya ucapkan.

Dari: Saya

Untuk: Anda

Di manapun Anda berada.

Penulis:

Surakarta '98. Mahasiswa Kesehatan. Jurusan Keperawatan Gigi.

Tinggalkan komentar